Gadis Culun Sekelasku Yang Aku Selamatkan dari Tindak Pelecehan, Untuk Beberapa Alasan Menjadi Semakin Manis Setiap Kali Kami Bertemu
https://alternareads.com/chikan-kara-tasuketa-kurasumeito-no-jimiko-09/
Bab 9: Tidur Siang dan Satou
"Terima kasih untuk makanannya."
"S-sama-sama!"
Keesokan harinya, Satou segera meberiku bekal makanan buatannya sendiri.
Menu kali ini berfokus pada karaage yang tampaknya cukup merepotkan untuk dibuat, dan rasanya benar-benar, sangat-sangat lezat. Meskipun tidak bisa mempertahankan tekstur renyah dan juicy dari karaage yang baru digoreng karena berada dalam kotak bekal, apa yang Satou siapkan memiliki pesonanya sendiri sebagai bekal, berbeda dari makanan yang baru saja dimasak.
"Rasanya benar-benar lezat…"
"Hinata-kun, kamu terlihat sangat menikmati, jadi aku juga sangat senang."
"Itu karena bumbu Satou cocok dengan seleraku."
"I-itu… ehehe."
Adikku berkali-kali memberitahuku untuk jujur memuji daya tarik seorang gadis, jadi aku sadar akan hal itu, tetapi terlepas dari itu, pujian untuk Satou terucap dengan sendirinya.
Itu sebagian besar karena kepribadian Satou, yang memiliki kebajikan bersinar dari "menjadi tersipu malu secara jujur", dan lebih dari itu, ada begitu banyak hal positif yang bisa dipuji tentang Satou.
Berkat bekal ini, aku tidak perlu pergi ke kafetaria, dan kini kami sendirian di kelas yang kosong.
Tidak dalam cara yang aneh, tetapi tidak ada alasan untuk khawatir tentang orang lain yang melihat apapun yang aku lakukan dengan Satou. Bahkan saat memikirkan perjalanan kereta dan bus, ini mungkin adalah pertama kalinya kami berada dalam situasi seperti ini.
"…Satou."
"Y-Ya?"
"Um… jika kamu tidak suka, silakan saja menolak…"
"…Hinata-kun?"
Aku perlahan-lahan mengulurkan tanganku.
Ahh, apa yang ingin aku lakukan pada gadis yang baru saja mulai nyaman bergandengan jari kelingking denganku?
Tetapi itu juga benar bahwa hanya dengan kata-kata tidak cukup untuk mengekspresikan rasa terima kasihku atas bekal yang disiapkan Satou.
Situasi ini, yang membuat kami berduaan, melepaskan kekangan yang telah aku tahan belakangan ini.
Dan kemudian aku… puk, meletakkan tanganku di kepalanya.
"Hyaa… H-Hinata-kun, a-ada apa tiba-tiba…"
Aku bertatapan dengan mata bingung Satou hanya untuk sesaat.
"Aku akan berhenti segera kalau kamu tidak suka."
Ucapku, dan Satou segera mengalihkan wajahnya ke arah lain, wajahnya memerah.
Lalu dia berbisik, gerakan bibirnya malu-malu.
"I-Itu bukan… seperti itu… T-Tidak mungkin… aku tidak menyukainya…"
"…Kalau begitu, biarkan aku melakukan ini untuk sementara."
"……"
Aku dengan perlahan dan lembut menggerakkan tanganku, hati-hati agar tidak merusak rambut Satou.
Kemudian, Satou menyipitkan matanya seolah merasakan kenyamanan, “uaa…”, dan mengeluarkan suara manis.
Satou yang dulu mungkin sudah lari dari situasi ini, tetapi mungkin ini adalah bagian dari pertumbuhannya, karena sekarang dia menyerahkan dirinya tanpa menunjukkan tanda-tanda ketidaksukaan.
Faktanya, dia bahkan sedikit mendongak, memudahkanku untuk mengusap kepalanya.
"Bagaimana rasanya?"
"…Rasanya enak. Sangat enak."
Leher putihnya terlihat.
Mungkin karena ketegangan, punggungnya tegak, dan kerutan kecil di seragamnya terlihat tertarik dari dadanya.
…Dengan tubuh yang bagus seperti itu, sangat disayangkan kalau dia membungkuk seperti biasanya.
Pikirku begitu, tetapi aku menahan komentar itu.
Mungkin baik-baik saja jika diucapkan oleh teman sesama perempuan, tetapi jika seorang teman laki-laki yang mengatakan tentang penampilannya, itu mungkin hanya akan menciptakan jarak.
Saat aku terus mengusap kepalanya untuk beberapa waktu, ketegangan Satou tampaknya akhirnya mereda…
"……"
Sekarang dia telah sepenuhnya menutup matanya, bernapas dengan tenang seolah merasa nyaman.
"Kalau kamu mengantuk, kamu bisa tidur. Aku akan membangunkanmu sebelum pelajaran siang dimulai."
"T-Tidak… aku tidak boleh tidur ketika akhirnya bisa berduaan dengan Hinata-kun…"
Aku tidak bermaksud mengkritik, tetapi tampaknya Satou tidak membantah kalau dia mulai mengantuk.
Aku berhenti mengusap kepalanya dan mengaitkan jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya yang sedang beristirahat di pangkuannya.
Bergandengan jari kelingking, sama seperti kemarin dan pagi ini.
Setelah menyadarinya, Satou membuka matanya, dan aku menatapnya dengan lembut.
"Ini adalah janji bahwa kita akan selalu bersama mulai sekarang, jadi kamu tidak perlu menganggap waktu berdua kita sebagai sesuatu yang istimewa."
"…Uuu…"
"kalau kamu tidak tidur, aku akan memaksamu tidur di pangkuanku."
"I-itu akan merepotkan."
"Benar, kan?"
"…Dasar, kamu tidak adil."
Ucap Satou dengan senyuman kecil yang masam.
Meskipun dia bilang tidak masalah, membuat bekal untuk dua orang pasti lebih merepotkan daripada untuk satu orang.
Selain itu, Satou belakangan ini telah berusaha merawat dirinya, menyisir rambutnya, menjepit poninya, memperhatikan wangi tubuhnya, dan hari ini, mungkin karena janji jari kelingking kami, dia bahkan mengoleskan krim tangan.
Aneh rasanya jika tidak merasa lelah dengan tiba-tiba ada banyak hal yang harus dilakukan.
Aku bisa meluangkan waktu untuknya kapan pun dia mau, jadi aku ingin dia tidur tanpa ragu ketika dia merasa mengantuk.
"K-kalu begitu… aku akan tidur sebentar. Ah, um… aku ingin tetap bergandengan tangan seperti ini…"
"Baiklah. Kita akan tetap bergandengan, jadi jangan khawatir. Selamat malam."
"T-Terima kasih. …Selamat malam, Hinata-kun."
Satou tersenyum saat mengucapkan ucapan itu, lalu menutup matanya, melepas kacamatanya, dan sedikit menggelengkan kepalanya untuk merapikan rambutnya… eh, dia melepas kacamatanya…?
"……"
"……Tolong beri aku istirahat."
Kata-kata yang kuucapkan menghilang sebelum bisa terbentuk.
Atau lebih tepatnya, aku tidak punya waktu untuk membentuknya.
Karena dalam hatiku aku berteriak dengan keras, "Apa bisa suasana seseorang berubah begitu banyak hanya dengan melepas kacamatanya?"
Bukan berarti aku menyangkal konsep kacamata itu sendiri.
Hanya saja aku merasa kalau kacamata bingkai hitam yang dipakai Satou hanyalah beban penekan pesonanya.
Entah dia memilihnya sendiri atau itu hadiah dari seseorang, aku tidak tahu, tetapi setidaknya aku mendapati wajah Satou yang tanpa kacamata itu… manis.
Ahh, ini gawat.
Aku mulai ingin melepaskan jari kelingkingnya.
"…Hinata-kun."
"…Hmm?"
"Umm… boleh aku sedikit egois?"
"…Tentu."
Tidak, sebenarnya tidak benar-benar boleh, tetapi hatiku menolak untuk menolak permintaannya.
"…B-Boleh aku… meminjam bahumu? Ahh, um, aku… merasa bisa tidur lebih baik kalau seperti itu…"
"…Tentu saja."
"T-Terima kasih banyak."
Dan begitu, setelah Satou dengan lembut meletakkan kepalanya di bahuku, aku merasakan ketidaknyamanan lebih banyak daripada kemarin.
Kelembutan yang bisa aku rasakan, cara dia meletakkan berat tubuhnya padaku sebagai tanda kepercayaan, dan tentu saja, wangi yang menyegarkan.
Semua ini membuatku merasakan pesona Satou, baik aku mau atau tidak.
Apa-apaan… gadis cantik yang manis dan penuh kasih sayang ini?
Dia pernah mengatakan ingin memotong rambutnya suatu hari nanti, tetapi sekarang setelah aku melihat wajahnya tanpa kacamata, aku serius ingin dia berhenti mempercantik dirinya lebih jauh.
"……"
"……Fufu."
Saat aku menggenggam jari kelingkingnya dengan erat dengan pemikiran itu, Satou hanya tersenyum bahagia dan meringkuk lebih dekat.
0 Komentar
Berkomentarlah seperti manusia yang beradab!