When I Started Working as a Part-Time Housekeeper, I Ended Up Being Liked by the Family of the Most Beautiful Girl in the School
Saat Aku Memulai Pekerjaan Layanan Rumah Tangga Paruh Waktu, Aku Berakhir Disukai oleh Keluarga Gadis Tercantik di Sekolah
https://ncode.syosetu.com/n8745if/21/
Bab 21 - Kalau Gitu, Itu Kencan Dong
Hari itu, setelah menyelesaikan pekerjaan asistensi rumah tangga di rumah keluarga Toujou, Haruto pulang dan langsung membuka buku referensi di meja ruang tamu dan belajar.
"Haruto, kamu masih belajar?" tanya neneknya, sambil meletakkan secangkir teh di hadapannya, mengenakan piyama.
"Makasih, Nek. Aku bakal tidur nanti sebelum larut banget. Besok aku mau ada urusan keluar soalnya."
"Oh? Gitu ya?" Neneknya menunjukkan ekspresi sedikit senang mendengar cucunya jarang sekali pergi punya acara pergi keluar.
"Iya, aku mau nonton film."
"Nonton film? Jarang-jarang kamu nonton film. Kamu mau pergi sama Tomoya?"
Tomoya Akagi, sahabat karib Haruto sejak kecil, dikenal baik oleh neneknya.
"Bukan, bukan sana Tomoya. Umm... aku mau nonton sama teman sekelas."
"Oh, oh, apa mungkin... sama cewek?"
"Ah, iya," jawab Haruto, sedikit malu, lalu menutupi rasa canggungnya dengan menyesap teh yang suguhi neneknya.
"Ooo, gitu ya. Kalau gitu, besok kamu kencan dong?"
"*Burrrrr*! ... Ke-kencan?" Haruto tak sengaja menyemburkan tehnya saat mendengar kata "kencan" dari neneknya.
"E-enggak, nek, bukan gitu. Bukan kencan. Aku cuma ada perlu buat diskusiin sesuatu sama dia, sambil sekalian nonton film..."
"Haruto."
"Ya?"
Neneknya memotong penjelasan Haruto dengan memanggil namanya. Berkat kebiasaannya sejak kecil, Haruto secara refleks menegakkan punggungnya dan menjawab dengan sopan.
"Denger ya, Haruto. Ketemuan berdua sama cewek di luar, itu namanya kencan. Biar si cewek mungkin ngga nganggap begitu, laki-laki harus nganggap itu kencan dan berusaha sebaik mungkin buat jadi pendamping yang baik. Itu yang namanya gentleman. Paham?"
"Iya."
Jawab Haruto dengan patuh, dan neneknya mengangguk puas.
"Cewek itu memang menempatkan cowok di posisi yang dihormati. Tapi, bukan berarti si cowoknya itu bisa siapa aja. Cuma cowok yang ingin dia habiskan sisa hidup bersamanya yang bakalan dapetin seluruh cintanya. Jadi, Haruto, kalo kamu pengen dianggap seperti itu sama seorang cewek, kasih cinta yang lebih besar dari apa yang kamu terima. Kasih lebih dari apa yang kamu dapat. Lakuin semuanya tanpa rasa membanggakan diri, tanpa pamer, dan lakuin dengan tenang. Dan juga..."
"Selalu lembut dan penuh perhatian. Aku paham kok, Nek." ujar Haruto, melanjutkan kata-kata neneknya.
"Besok, aku bakalan berusaha sebaik mungkin biar nggak bersikap kurang sopan waktu... kencan."
"Ya, ya, yang semangat." jawab neneknya dengan senyum lembut, sebelum mengucapkan "Selamat malam" dan meninggalkan ruang tamu.
Haruto, yang kini sendirian, merenungkan kata-kata neneknya tadi.
"Memang benar, sebagai cowok, mendampingi cewek dengan sopan itu hal yang wajar."
Meskipun pandangan neneknya mungkin terdengar sedikit kuno di zaman sekarang, Haruto yang sejak kecil selalu diajarkan untuk bersikap lembut kepada wanita, merasa perlu memikirkan kembali persiapannya untuk besok, dan memutuskan untuk berhenti belajar sejenak.
"Ngomong-ngomong soal itu, aku belum mutusin film apa yang mau ditonton."
Biasanya, saat pergi menonton film dengan Tomoya, mereka akan langsung pergi ke bioskop tanpa menentukan pilihan sebelumnya. Namun, kali ini, karena dia akan pergi dengan seorang gadis, Haruto merasa harus merencanakannya dengan lebih matang.
Dia pun mengambil ponselnya untuk menghubungi Ayaka. Tepat saat itu, notifikasi dari aplikasi pesan muncul di layar ponselnya.
"Oh, pesan dari Toujou-san," gumam Haruto.
Dia membuka aplikasi dan membaca pesannya.
――Kamu masih bangun?
Pesan tersebut disertai dengan stiker kelinci yang mengintip dari balik tembok.
Waktu baru sekitar pukul 9 malam. Meskipun neneknya sudah beristirahat, bagi Haruto yang masih muda, ini belum waktunya tidur.
――Ya, masih bangun kok.
Sambil membalas pesan, Haruto mengirim stiker beruang yang terlihat bersemangat.
――Syukur deh. Ngomong-ngomong, soal film yang mau kita tonton besok, apa kamu ada film yang pengen ditonton, Ootsuki-kun?
Membaca pesan Ayaka, Haruto berpikir sejenak.
Sebenarnya, tidak ada film yang sedang tayang yang benar-benar dia ingin tonton. Namun, dia juga merasa tidak pantas untuk langsung mengatakannya, jadi dia memutuskan untuk bertanya pendapat Ayaka.
――Banyak film yang menarik, jadi agak sulit buat mutusin. Kalo kamu gimana, Tojo-san? Ada film yang pengen ditonton?
――Yah, aku juga bingung! Tapi, aku agak tertarik sama yang satu ini.
Setelah pesan tersebut, Ayaka mengirimkan sebuah tautan.
Haruto kemudian mengetuk tautan itu dan diarahkan ke halaman promosi sebuah film.
"…Angkasa Musim Panas dan Asmara." (TLN: Natsuzora to Koi)
Film itu adalah karya yang sedang menjadi topik hangat, dibintangi oleh aktor muda tampan yang sedang naik daun dan seorang idola yang popularitasnya meroket. Film ini adalah film yang sering disebut sebagai "film cinta masa remaja yang membuat cenat-cenut".
Film ini sangat populer di kalangan gadis-gadis dan dikenal dengan singkatan "A.M.P.A. (TLN: Natsukoi)." Bahkan, di jajaran film musim panas Jepang, film ini masuk dalam peringkat teratas.
"Heh, jadi Toujou-san tertarik sama film yang seperti ini ya."
Haruto, yang selama ini melihat perilaku Toujou Ayaka di sekolah, awalnya mengira kalau Ayaka adalah tipe yang sangat cuek soal urusan cinta.
"Ternyata, dia lumayan romantis ya? Tapi yah, buat siswi SMA, nonton film kayak gini mungkin udah jadi hal yang biasa."
Kalau Haruto pergi menonton film dengan Tomoya, jenis film seperti ini akan langsung dieliminasi dari daftar. Namun, kali ini, lebih baik ia menyesuaikan diri dengan pilihan Ayaka. Saat ia ingin mengirimkan balasan, pesan lain dari Ayaka datang terlebih dulu.
――Gimana? Ootsuki-kun tertarik sama film kayak gini, nggak? Aku sebenarnya juga nggak masalah kok kalau kita nonton film lain!
Mungkin karena Haruto belum memberikan balasan setelah pesannya terbaca, Ayaka mulai merasa tidak yakin. Melihat isi pesan Ayaka yang mencerminkan kekhawatirannya, Haruto merasa sedikit bersalah dan buru-buru membalas.
――Nggak kok, aku juga ingin menonton film ini. Yuk besok kita tonton bareng.
――Ya! Aku ydah nggak sabar!
Membayangkan Ayaka yang mungkin tersenyum lebar di balik layar ponselnya, Haruto juga ikut tersenyum tanpa sadar.
――Jadi, gimana kalau besok kita ketemuan di depan gedung stasiun jam 10?
――Oke! Aku nggak keberatan!
Ayaka mengirim stiker kelinci yang mengacungkan jempol dengan penuh semangat.
――Kalau gitu, kita tidur lebih awal biar siap buat hari besok.
――Ya.... Selamat malam.
――Selamat malam juga.
Setelah menutup percakapan dengan Ayaka, Haruto menutup aplikasi pesannya.
Bioskop tempat mereka akan menonton film besok terletak di lantai paling atas gedung stasiun. Selain itu, gedung tersebut juga memiliki berbagai toko, termasuk beberapa kafe.
Setelah mencari informasi tentang beberapa tempat di gedung itu, Haruto memutuskan untuk bersiap tidur lebih awal dari biasanya agar siap menghadapi hari esok.
"…Nonton film bareng sama Toujou-san, ya… Kalau cowok-cowok di sekolah tahu, bisa-bisa aku kelar nih."
Dengan pikiran seperti itu, Haruto masuk ke dalam selimutnya.
―…―…―……―…―…―…―…―
Keesokan harinya, setelah menyelesaikan rutinitas belajar paginya, Haruto mandi, berganti pakaian, dan menata rambutnya dengan pomade yang jarang ia gunakan.
Terakhir, ia memeriksa penampilannya di cermin.
"Sip, nggak ada yang aneh."
Haruto mengangguk puas setelah memastikan penampilannya rapi.
Sebagai seorang pria yang akan mendampingi wanita, menjaga penampilan yang bersih adalah etika paling dasar. Mengikuti ajaran neneknya dengan baik, Haruto menyelesaikan persiapannya dan menuju pintu keluar.
"Nek, aku berangkat dulu, ya!"
"Iya iya, hati-hati di jalan, ya."
"Oke."
Setelah berpamitan dengan neneknya, Haruto berangkat menuju tempat janjian di gedung stasiun tempat dia akan bertemu dengan Ayaka. Untuk sampai ke sana dari rumahnya, Haruto perlu menempuh perjalanan sekitar 20 menit dengan kereta.
Beberapa hari terakhir, cuaca cerah terus berlanjut seakan cuaca selain cerah telah dilupakan.
Merasa lelah dengan panas yang tak kunjung reda, Haruto keluar dari kereta ber-AC dan berjalan menuju tempat pertemuan.
"Hmm, aku udah sampe sekitar 20 menit lebih dulu."
Meski sengaja berangkat lebih awal, tampaknya Haruto terlalu cepat tiba di sana.
Sambil berpikir demikian, Haruto berjalan menuju alun-alun di depan gedung stasiun. Alun-alun itu dipenuhi dengan bangku dan patung besar, dan sering digunakan sebagai tempat janji ketemuan.
Hari ini juga, banyak orang yang menunggu orang lain yang janjian dengan mereka di bangku atau bersandar pada patung sambil bermain ponsel. Namun, ada satu tempat di sudut alun-alun yang tampak ramai.
"Hmm? Ada rame-rame apa ya di sana?"
Kadang-kadang, ada seniman jalanan yang menampilkan pertunjukan di alun-alun ini.
Karena masih ada waktu sebelum waktu janjian, Haruto memutuskan untuk memeriksa keramaian dan menghabiskan waktu dengan menonton pertunjukan. Saat dia mendekat, dia mendengar percakapan orang-orang, terutama para pria, disana.
"Gila, cantik banget, ya kan? Apa dia itu artis ya?"
"Lagi nunggu pacarnya? Coba deh kita samperin."
"Gak mungkin kalo dia orang biasa, kan? Model? apa jangan-jangan, Idola?"
"Lihat deh gayanya, gila banget, gak sih?"
Mendengar kata-kata itu, Haruto mengerutkan dahi. Tampaknya karamaian ini bukan karena seniman jalanan. Mungkin ada model atau idola yang sedang syuting untuk drama atau majalah, dan keramaian ini adalah orang-orang yang penasaran.
Berpikir untuk ikut melihat, Haruto mulai membelah kerumunan dengan rasa penasaran, mencoba melihat siapa model atau idola yang menjadi pusat perhatian disana.
Dan saat sosok yang menarik perhatian orang-orang itu terlihat oleh Haruto, rasa panas musim panas yang ia rasakan lenyap seketika.
(Itu kan, Toujou-san?!)
Haruto berteriak dalam hati tanpa sadar.
Apa mungkin Ayaka menyadari kalau dirinya menjadi pusat perhatian? Dia tampak sedikit tidak nyaman, menundukkan kepalanya sambil berdiri diam di tempat.
Ayaka mengenakan bawahan rok flare hitam, dengan atasan off-shoulder putih yang dipadukan dengan kardigan tipis. Meskipun desain off-shoulder-nya cukup sederhana dan tidak terlalu terbuka, penampilannya tetap terlihat anggun berkat kardigan yang dia kenakan. Namun, tubuh Ayaka yang tinggi dan ramping menarik perhatian para pria, hingga beberapa orang yang lewat tak bisa menahan diri untuk meliriknya sekali atau dua kali.
Menyaksikan ini, Haruto kembali menyadari betapa luar biasa pesona Ayaka, yang dikenal sebagai "Idola Sekolah."
(Kalau aku panggil dia sekarang, bisa-bisa aku dibunuh sama cowok-cowok disini...)
Meski begitu, Haruto tidak mungkin mengabaikan Ayaka begitu saja. Namun, dia merasa sedikit ragu untuk memanggilnya, membayangkan reaksi orang-orang di sekitar.
Saat Haruto sedang bimbang, Ayaka tiba-tiba mengangkat wajahnya, dan pandangan mereka bertemu. Ekspresi canggung dan cemas di wajah Ayaka seketika berubah menjadi senyum lebar.
"Ootsuki-kun!"
Senyuman cerah Ayaka membuat beberapa pria di sekitar menahan napas, sementara sebagian lainnya ternganga tanpa berkata apa-apa. Banyak yang mulai menatap Haruto dengan tajam, seolah-olah bertanya-tanya siapa orang yang dia sapa dengan senyum cerah itu.
Diterpa oleh tatapan-tatapan tersebut, Haruto membalas senyuman Ayaka yang berjalan cepat menghampirinya.
"Maaf, Toujou-san, udah buat kamu nunggu."
"Enggak kok. Aku juga baru sampai, jadi nggak apa-apa!"
Meski jelas terlihat kalau Ayaka sudah lama menunggu, melihat kerumunan yang terbentuk di sekitarnya, Haruto memilih untuk tidak mengomentari hal itu.
Sambil tersenyum, Haruto berkata,
"Kalau gitu, yuk kita pergi."
"Ya!"
Jawab Ayaka dengan penuh semangat. Saat mereka mulai berjalan berdampingan, Haruto merasakan adanya banyak tatapan iri dan kagum yang diarahkan kepadanya.
(Kayakanya ini bakal jadi hari yang bikin capek banget...)
Namun, meski Haruto merasa begitu, detak jantung Haruto tak bisa berhenti untuk berdetak lebih cepat.
0 Komentar
Berkomentarlah seperti manusia yang beradab!