Lort Kuzuma - 13

Sesuaikan besar teks:
Childhood Friends Became Popular Idols ~The Sweet Girls Are Supporting Me~
Teman Masa Kecil Menjadi Idola Populer ~Para Gadis Manis Menafkahiku~
 

Penulis: Kuroneko Doragon
Sumber: Syosetu



13 - Sampah yang peka bisa menjadi merepotkan


"Yo, maaf membuat kalian menunggu."

Kataku sambil meletakkan tasku di kursiku dan mengangkat tanganku menyapa mereka berdua.

"Mmm, Selamat pagi, Kazu-kun!"
"Pagi. Kamu masih terlambat seperti biasanya, ya, Dasar tukang tidur."

Keduanya membalas salam pagiku dengan caranya masing-masing.
Rasa jarak antara kami, teman masa kecil, tidak berubah sejak dulu. Ini adalah pemandangan umum yang bisa dilihat di sekolah mana pun.
Namun, yang membuat pemandangan ini berbeda dari yang lain adalah gadis-gadis yang bertukar sapa denganku sangatlah cantik, masing-masing memiliki penampilan yang luar biasa.

"Aku kebetulan sedang berurusan dengan beberapa hal... Hmm? Apa kamu mengganti sampomu, Setsuna? Aku merasa aromanya sedikit berbeda dari biasanya."
"Ahh! Kamu memperhatikan? Aku melakukan pekerjaan iklan sampo kemarin! Jadi aku mendapatkan beberapa sampel dan mencobanya!"

Aku merasakan aroma yang entah berbeda menggelitik hidungku, jadi aku mengatakannya. Kemudian Setsuna tersenyum bahagia sambil mengangguk setuju dengan pertanyaanku.
Dia tampak senang karena aku memperhatikan perubahan itu. Aku ingat pernah membaca di sebuah buku bahwa para gadis senang ketika seseorang memperhatikan perubahan kecil, dan sepertinya hal ini tidak berbeda dengan teman masa kecil yang sudah lama bersama.

"Begitu. Kamu melakukan sesuatu seperti seorang idola."
"Aku memang seorang idola ya~. Tapi aku senang... Kazu-kun, kamu selalu langsung menyadarinya. Lagipula, Kazu-kun selalu mengawasiku."
"Tentu saja. Kamu adalah keberadaan yang penting bagiku, seseorang yang akan menafkahiku seumur hidup. Aku tidak ingin kamu merusak tubuhmu, jadi aku akan selalu memperhatikanmu, tahu?"
"Kazu-kun......"

Setsuna menatapku dengan mata basah.
Keimutannya yang luar biasa dan pancaran pendarnya yang meluap-luap, yang terlihat jelas menonjol bahkan di antara sebayanya, menarik perhatian semua orang.
Sebagai seorang idola, senyumannya membuat banyak orang terpesona, namun bahkan di kelas ini saja, terlihat jelas bahwa dia menarik perhatian dan tatapan.

"Dia merayunya lagi..." "Sekarang Takanashi-san... Sial, kenapa harus orang seperti dia..." "Bukankah yang dia katakan hanya omongan sampah saja?" "Dia sama sekali tidak berniat menyembunyikan kesampahannya. Dia luar biasa dalam satu hal." "Mungkin bersikap terbuka itulah yang membuatnya lebih populer... Aku tidak mengerti..."

Mengabaikan keributan di sekitarku, aku mendekati Setsuna dan mengulurkan tanganku.

"Ah..."
"Teksturnya juga terasa enak. Mungkin sebaiknya kamu mencoba menggunakan merek sampo ini mulai sekarang?"

Aku dengan ringan membelai kepalanya, dan tekstur rambutnya terasa sangat enak.
Yah, rambut Setsuna sudah bagus sejak awal, jadi mungkin tidak akan ada banyak perubahan, tapi punya alasan untuk memujinya adalah hal yang penting.
Aku mungkin termasuk orang yang tidak mau bekerja, tapi aku tidak segan-segan berusaha menjaga motivasi teman masa kecilku.
Bagiku, teman masa kecil ini adalah pohon berdaun emasku, dan untuk terus menerima uang tunjangan, tindakan kecil untuk mendapatkan kebaikannya sangatlah penting.

"Ya... Jika Kazu-kun bilang begitu, maka aku akan melakukannya. Jadi, usap lebih banyak..."

Jadi, menanggapi permintaan Setsuna, aku mengelus kepalanya lebih, namun tiba-tiba ujung blazerku tertarik.
Saat aku menoleh untuk melihatnya, aku melihat teman masa kecilku yang berambut perak mengalihkan pandangannya dan mencubit seragamku dengan ujung jarinya.

"Arisa?"
"......Iklan itu, aku juga ada di dalamnya."

Arisa mengatakan itu sambil tetap menghindari kontak mata.
Nada suaranya terdengar agak kasar, tapi pipinya sedikit memerah.
Melihat itu, aku langsung merasakan apa yang diharapkan oleh teman masa kecil yang tidak bisa jujur ini.

"Begitu ya. Maaf, Arisa. Aku lambat menyadarinya."

Aku mengulurkan tanganku yang bebas ke arah kepala Arisa.
Agak merepotkan untuk mengelus kedua kepala mereka secara bersamaan, tapi itu juga bukan masalah besar.
Rambut perak Arisa yang memantulkan kilauan menyambut telapak tanganku dengan kelembutan yang berbeda dengan rambut hitam Setsuna.

"Mm… Bukan… Bukannya aku peduli dengan itu."
"Sepertinya kamu menikmatinya. Kalau dipikir-pikir, Arisa, kamu lebih suka dibelai di kepala, bukan?"
"Itu tidak benar. Aku bukan anak kecil..."

Sambil mengatakan itu, Arisa menyipitkan matanya seperti kucing.
Jelas bagi siapa pun yang melihat bahwa dia merasa senang dibelai olehku, tetapi aku tidak merasa perlu untuk mengatakannya.

"Kenapa... kenapa, Arisa-chan, kenapa? Kenapa kamu membiarkan bajingan seperti dia mengelus kepalamu..." "Hei, haruskah kita mengubur bajingan itu? Jika kita semua melakukannya bersama-sama, itu akan berhasil, kan?" "Aku lebih ingin menggantungnya" "Arisa, dia ditipu... Aku harus menolongnya..." "Otakku akan hancur..." "Tidak bisa dimaafkan, Sampahara Kuzumaaaaaa...!"

Mengabaikan suara-suara penuh kebencian di kelas, aku memutuskan untuk melanjutkan percakapan dengan teman-teman masa kecilku.

DAME DESU YOOO~
SORE WA HARAM DESU!!!

Terima Kasih Telah Singgah!

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak berupa komentar
Pertimbangkan pula untuk mendukung
Bab Sebelumnya
Daftar Isi
Bab Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar