Childhood Friends Became Popular Idols ~The Sweet Girls Are Supporting Me~
Teman Masa Kecil Menjadi Idola Populer ~Para Gadis Manis Menafkahiku~
Penulis: Kuroneko Doragon
Sumber: Syosetu
17 - Biarkan aku mengurungmu
"Ah, Ichinose. Maaf membuatmu menunggu."
"Tidak, tidak apa-apa. Wajar jika perempuan membutuhkan waktu untuk salin. Tolong jangan khawatirkan saya. Ini juga bagian dari pekerjaan."
Meskipun Ichinose mengatakan itu secara formal, bahasa tubuhnya sama sekali tidak formal.
Meskipun aku tidak menyadarinya ketika dia mengenakan seragamnya, sosoknya tampak ideal, dengan semua lekuk tubuh yang pas di semua bagian yang tepat.
(Kukira pakaian gadis kelinci pelayan itu kesesatan... tapi ini, ini sebenarnya sesuatu yang luar biasa...)
Saat aku mengagumi sosoknya, Setsuna menggembungkan pipinya dengan protes.
"Kazu-kun, jangan hanya melihat gadis lain. Lihat aku lagi!"
"Oh, maaf, maaf. Aku terbawa suasana."
Sambil meminta maaf, diam-diam aku melirik kembali ke arah gadis kelinci yang memakai hiasan kepala.
Ichinose adalah semacam mata-mata yang dikirim ke rumahku oleh Ijuuin, yang khawatir aku akan melakukan sesuatu yang tidak pantas pada Setsuna dan Arisa, dengan berpura-pura membantu sesi pemotretan.
Namun, Ichinose mengungkapkan hal itu tepat setelah tiba, dan itu adalah sesuatu yang dapat dengan mudah kubayangkan tanpa diberitahu, jadi aku tidak khawatir sama sekali.
Sebaliknya aku bersyukur. Lagipula, tanpa ragu-ragu dia setuju untuk mengenakan pakaian gadis kelinci yang aku iseng minta untuk dia kenakan.
Mengingat dia datang ke sekolah dengan mengenakan seragam pelayan, aku berasumsi dia sangat bangga menjadi seorang pelayan, jadi itu adalah kesalahan perhitungan yang menyenangkan bagiku. Semacam kejutan yang menyenangkan.
(Aku harus berterima kasih pada Ijuuin karena kesempatan menyuruh Ichinose mengenakan pakaian gadis kelinci juga. Tapi aku terkejut dia juga mempunyai sosok yang cukup mantap juga...)
Dibandingkan dengan dua lainnya, dia mungkin lebih ramping, tapi tidak adil untuk membandingkannya dengan idola. Selain itu, daya tarik seorang perempuan bukan semata-mata karena memiliki tubuh yang menawan.
Wajahnya yang seperti boneka, meski kurang berekspresi, akan menarik banyak pengagum, dan aku tahu kalau kakinya, yang dibalut celana ketat hitam, akan tampak indah.
Ini semua tentang di mana kau menemukan pesonanya.
Bagi seorang gadis pelayan untuk tidak kehilangan pesona saar berdiri di samping dua idola populer adalah hal yang mengesankan.
Aku bahkan berpikir dia bisa menjadi idola jika dipoles lebih lanjut, tapi sayangnya, dia sudah memiliki majikan dan mengelola pekerjaan pelayannya dan kehidupan pelajarnya.
Saat aku merenungkan potensi yang terbuang, aku mendengar suara-suara gembira.
"Wow, Ichinose-san, kamu terlihat lucu sekali! Pakaian gadis kelinci itu sangat cocok untukmu!"
"Aku setuju. Tapi, apa kamu memang harus memakai pakaian gadis kelinci juga? Kamu tidak disuruh cosplay kan?"
"Memang benar, tapi saya pikir tidak akan benar jika saya tidak melakukan apa pun saat para nona mengenakannya. Ditambah lagi, Kazuhara-sama sepertinya juga menyukai pakaian ini."
Entah bagaimana, mereka bertiga sedang asyik mengobrol.
Itu bagus sekali, tapi bagiku, yang penting adalah ada tiga gadis cantik dengan berbagai pakaian gadis kelinci di depanku.
(Sungguh pemandangan yang menakjubkan... Bagaimanapun juga, gadis kelinci memang yang terbaik.)
Itu saja sudah cukup membuatku emosional, tapi kenyataan bahwa gadis-gadis cantik ini berkumpul di ruang tamuku membuatku semakin merasa senang.
Rasanya aku telah menjadi seseorang yang istimewa, terpilih, membuatku sentimental.
"Ya, ya. Di rumah sendiri tanpa orang tua di sekitar, mengajak gadis-gadis bercosplay untukmu dan menciptakan harem. Ini benar-benar impian seorang laki-laki. Aku merasa seperti protagonisnya."
Kebetulan, orang tuaku sedang berada di luar negeri dalam urusan bisnis, meninggalkanku sendirian di rumah.
Jika bukan karena itu, aku tidak mungkin mengadakan pemotretan cosplay ini. Selain itu, orang tuaku sangat ketat terhadapku, putra satu-satunya.
Ketika kepindahan mereka diputuskan, tidak seperti orang tua protagonis gim simulasi kencan pada umumnya yang akan meninggalkan putra mereka sendirian di rumah saat pergi ke luar negeri, mereka mengatakan, "Aku tahu pasti kalau aku meninggalkanmu sendirian di rumah, kau tidak akan melakukan hal baik apa pun. Untuk bertanggung jawab membesarkan sampah masyarakat sepertimu, kami pasti akan membawamu bersama kami!" Mereka mati-matian menyeretku menjauh dari teman-teman masa kecilku.
Tentu saja, aku menolak sekuat tenaga dan akhirnya memohon pada Setsuna dan Arisa untuk meyakinkan orang tuaku. Tapi cara orang tuaku memandangku saat itu bukanlah kebanggaan pada putra mereka karena memiliki teman-teman masa kecil yang setia yang berusaha menghentikan mereka, melainkan tatapan kepada bajingan yang tidak berharga.
Ibuku bahkan meminta maaf kepada gadis-gadis itu, dengan mengatakan, "Bibi minta maaf karena telah merusak kehidupan gadis-gadis baik seperti kalian demi anak yang tidak berharga ini." Jujur saja, itu menyebalkan.
Aku seorang anak yang sangat kompeten yang telah menetapkan cara untuk menjadi NEET abadi tanpa bergantung pada orang tua, tahu?
Aku lebih suka kalau mereka menganggapku sebagai orang sukses. Inilah sebabnya mengapa mereka yang dicuci otak dan berpikir kalau bekerja adalah suatu hal yang pasti adalah orang bermasalah.
Mereka bahkan tidak meragukan kalau akal sehat semacam itu sendiri salah.
Memiliki hubungan darah dengan orang tua yang berpikiran budak korporat sungguh menyedihkan bagiku.
(Aku sama sekali tidak akan pernah bekerja...!)
Dengan menjadikan orang tuaku sebagai contoh tentang apa yang tidak boleh dilakukan, aku menegaskan kembali tekadku untuk tidak bekerja.
Setsuna dan Arisa masih harus bekerja keras sebagai idola.
Penting untuk menciptakan lingkungan di mana aku tidak harus bekerja dan bisa hidup bebas.
Penghasilan mereka penting bagiku.
Jika aku dapat menghindari pekerjaan, aku akan berusaha semaksimal mungkin. Entah itu harem atau apa pun, aku akan membangun dan memeliharanya!
Dengan tekad itu, aku berbicara pada ketiga gadis yang masih mengobrol itu.
"Hei, gadis-gadis, bolehkah aku punya waktu sebentar?"
"Hmm? Ada apa? Apakah kita akan segera memulai pemotretannya?"
Aku menggelengkan kepalaku ringan pada Arisa, yang berbalik dan menanyakan hal itu padaku.
"Tentang itu juga, tapi aku sadar aku belum mengucapkan terima kasih yang semestinya kepada kalian semua. Terima kasih sudah mau berpartisipasi hari ini. Aku sangat menghargainya."
Kataku sambil menundukkan kepalaku. Seperti kata pepatah, di antara teman dekat pun, sopan santun itu penting, jadi mengungkapkan rasa terima kasih itu penting.
"Tidak masalah sama sekali. Aku tidak keberatan, dan jika itu untuk membantumu, Kazu-kun, aku senang!"
"Aku juga sama. Sebaliknya, aku senang kamu mengandalkanku, Kazuma, maksudku... Jangan memaksaku bicara lebih banyak, bodoh...."
"Itu bagian dari pekerjaan saya, jadi jangan khawatir. Bagaimanapun juga, saya berterima kasih atas kesempatan ini untuk mengenal anda lebih baik, Kazuhara-sama."
Masing-masing dari mereka memberikan tanggapan yang berbeda, tetapi semuanya mendukungku.
Puas dengan itu, aku melanjutkan.
"Terima kasih. Sangat melegakan mendengar kalian mengatakan itu, tapi izinkan aku melakukan sesuatu untuk kalian sebagai ucapan terima kasih."
"Terima kasih?"
"Ya. Apa ada yang kalian ingin aku lakukan? Aku akan berusaha memenuhi permintaan apa pun."
Mendengar ini, mata teman masa kecilku berbinar.
"Benarkah!? Bolehkah!?"
"Kamu menghabiskan waktu bersamaku meskipun ini hari liburmu, dan menjadi seorang idola pasti sulit, kan? Aku mendapat uang saku juga, jadi aku perlu menunjukkan apresiasi padamu."
Terkejut, mata Arisa terbelalak, namun Setsuna langsung melompat kegirangan.
"Hore! Kazu-kun akan mengabulkan keinginanku! Aku senang sekali!"
Telinga kelincinya, ekornya, dan dadanya yang besar memantul-mantul dalam kegirangan.
Sambil mengagumi sikap kekanak-kanakan itu, aku bertanya padanya,
"Setsuna, apa ada yang ingin kamu minta padaku?"
"Ya! Ada sesuatu yang selalu ingin aku minta!"
Ya, itu tidak terduga.
Setsuna juga seorang gadis, dan wajar jika dia mempunyai keinginan.
Dia selalu mengutamakanku, jadi aku seharusnya senang dia punya keinginannya sendiri.
"Baiklah, tolong beri tahu aku. Tapi itu tergantung isinya."
Bahkan ketika aku mengatakan ini, aku tahu aku mungkin akan mengabulkan permintaannya tanpa ragu-ragu.
Mengetahui betapa lembutnya dia terhadapku, sepertinya bukan hal yang sulit. Mungkin sesuatu seperti ingin aku lebih memanjakannya atau semacamnya.
"Ya! Tolong dengar!"
Sambil memikirkan itu, aku menunggu dia berbicara.
"Biarkan aku mengurungmu, Kazu-kun!"
Teman masa kecil berambut hitamku itu mengucapkan kalimat itu dengan senyum berseri-seri.
".............Why?"
Dan aku tidak bisa berkata apa-apa.
Eh, tunggu, apa?
0 Komentar
Berkomentarlah seperti manusia yang beradab!