Kaji Daikou - 15

Atur ukuran font:
When I Started Working as a Part-Time Housekeeper, I Ended Up Being Liked by the Family of the Most Beautiful Girl in the School
Saat Aku Memulai Pekerjaan Layanan Rumah Tangga Paruh Waktu, Aku Berakhir Disukai oleh Keluarga Gadis Tercantik di Sekolah



Bab 15 - ......Janji Kencan?


Berkat Ayaka, Haruto berhasil mendapatkan dua botol minyak wijen dengan aman.

Setelah membeli natto yang menjadi tujuan awal Haruto dan wasabi yang ingin dibeli oleh Ayaka, keduanya menyelesaikan pembayaran dan mulai memasukkan barang-barang yang dibeli ke dalam tas belanja.


"Ini, Ootsuki-kun, minyak wijennya," kata Ayaka sambil menyerahkan minyak wijen.

"Makasih banyak. Kamu benar-benar nyelametin aku" jawab Haruto sambil menundukkan kepala dan memasukkan minyak wijen ke dalam tas belanja ramah lingkungannya.

"Ootsuki-kun, tas belanja itu... lucu banget ya," kata Ayaka sambil tersenyum.

"Hah? Oh... sebenernya ini yang biasanya dipake sama nenekku," jawab Haruto dengan sedikit malu.

"Oh, begitu. Ya, memang kelewat imut kalau Ootsuki-kun yang make." kata Ayaka sambil sekali lagi menatap tas belanja Haruto.


Tas belanja yang dibawa Haruto berwarna pink lembut, dengan bordir boneka beruang yang sangat lucu. Desainnya terasa agak kekanak-kanakan atau terlalu feminin untuk seorang siswa SMA laki-laki seperti Haruto.


"Yah, biarpun dipake nenekku, desainnya masih terasa kelewat imut, tapi nenek emang suka hal-hal beginian, sih." kata Haruto sambil tersenyum kecil, bercampur malu.

"Kurasa itu nggak apa-apa kok. Nenek Ootsuki-kun imut," kata Ayaka dengan senyuman.

"Haha, makasih," jawab Haruto sambil tertawa kecil.


Setelah selesai memasukkan belanjaan, mereka berdua menuju ke toko perkakas di sebelah supermarket untuk membeli gas burner.


"Wah, ternyata toko perkakas jauh lebih banyak barangnya dari yang aku bayangin." kata Ayaka sambil melihat sekeliling dengan penasaran. Ini jarang sekali terjadi karena dia hampir tidak pernah mengunjungi toko perkakas.

"Dulu aku pikir toko ini cuma jual barang-barang taman sama perlengkapan DIY, tapi ternyata mereka juga jual peralatan rumah tangga sama bahan makanan," lanjut Ayaka.

"Ya, toko perkakas sekarang memang udah lengkap banget. Bahkan mereka punya peralatan dapur, terus kamu bisa merenovasi dapur di sini." jelas Haruto.

"Benar juga, ya. Ah! Itu ada bagian hewan peliharaan," teriak Ayaka saat melihat anak anjing di dalam kandang kaca, lalu ia berlari kecil menuju bagian tersebut. Tapi, dia berhenti tiba-tiba dan menoleh dengan sedikit malu ke arah Haruto.

"Kita ke sini buat beli gas burner, kan ya...?"

"Ya, betul. Tapi... kita bisa lihat-lihat dulu kok, kalau kamu mau."

"Beneran?"

"Ya, nggak masalah." jawab Haruto dengan tenang.

"Horee!" seru Ayaka dengan gembira, lalu ia berlari menuju anak anjing di kandang.


Haruto tersenyum kecil sambil melihat punggung Ayaka yang berlari dengan penuh semangat.


"Mana mungkin aku bisa nolak permintaan kayak gitu..." gumam Haruto pelan, hampir tak terdengar.


Ia mengambil ponselnya dari saku dan mengecek waktu. Meski tidak terlalu banyak waktu luang, masih ada cukup waktu untuk bersantai sebentar sebelum waktunya dia mulai bekerja.
Haruto kemudian berjalan ke belakang Ayaka, yang sedang berjongkok di depan kandang anak anjing, dan ikut memperhatikan hewan lucu itu dari belakangnya.


"Imut banget~ Ah! Dia datang ke sini!"  

"Itu anak anjing Pomeranian," kata Haruto sambil melihat informasi yang tertempel di kandang.

"Bulu anak anjing ini halus banget, terus tubuhnya mungil, lucu banget!"  


Ayaka mendekatkan wajahnya begitu dekat ke kaca hingga hampir menyentuhnya, matanya bersinar cerah.
Melihat tingkah Ayaka seperti itu, Haruto tersenyum tanpa sadar, lalu melirik harga anak anjing itu. Setelah menghitung jumlah nol di label harganya, Haruto perlahan mengalihkan pandangannya.


"Ootsuki-kun! Lihat ini! Tapak kakinya lucu banget~! Aww~!"  


Anak anjing Pomeranian itu meletakkan kaki depannya di kaca kandang, berputar-putar, lalu kembali menempelkan kaki depannya di kaca. Tingkah laku imut itu membuat Ayaka berseru penuh kegembiraan.

Memang, anak anjing Pomeranian ini kecil dengan bulu yang mengembang, tampak seperti bola bulu yang melompat-lompat. Namun, bagi Haruto, lebih dari keimutan anak anjing tersebut, gadis di depannya jauh lebih lucu di matanya.


"Toujou-san, kamu suka anak anjing ya?" tanya Haruto.

"Iya! Siapa sih yang nggak suka sama sesuatu yang seimut ini?" jawab Ayaka tanpa henti memandangi anak anjing yang terus mengulangi gerakan yang sama.


Haruto tak bisa mengalihkan pandangannya dari Ayaka. Kombinasi antara gadis cantik dan hewan lucu merupakan serangan yang mematikan bagi anak laki-laki SMA, bahkan bagi semua laki-laki di dunia.


"Kayaknya kalau kita ke kebun binatang interaktif, pasti bakalan seru," kata Haruto tanpa sadar, sambil membayangkan dirinya menonton Ayaka bermain dengan hewan seharian. Dia merasa penglihatannya akan menjadi jauh lebih tajam setelahnya.


Ayaka, yang tadinya terpaku di kaca, tiba-tiba menoleh dan menatap Haruto dengan mata berbinar.


"Aku juga pengen banget ke kebun binatang interaktif!" seru Ayaka.

"Hah?" balas Haruto, sedikit bingung.

"Eh... ah, maksudku..." Ayaka tiba-tiba tersadar, wajahnya memerah.


Melihat reaksi Ayaka, Haruto juga mulai merasakan malu karena menyadari apa yang baru saja dia katakan.

(Apa tadi omonganku kedengeran kayak ngajak Tojou-san pergi kencan?)

Padahal Haruto sama sekali tidak bermaksud demikian, tetapi tanpa sengaja dia seperti mengundang Ayaka untuk pergi kencan dengannya. Dan, di luar dugaan, Ayaka tampak setuju dengan hal itu. Haruto mulai panik dan mencoba menenangkan pikirannya untuk mencari kata-kata, tetapi Ayaka mendahuluinya dan mulai berbicara dengan ragu-ragu.


"So... soalnya, Ryouta suka kebun binatang... Ya! Ryouta suka sama kebun binatang! Terus... orang tuaku sibuk, jadi papa sama mama jarang bisa mengajak dia pergi. Tapi, kalau aku bawa dia sendirian, aku merasa agak... khawatir. Ryouta pasti bakal senang kalau Ootsuki-kun ikut juga..."


Ayaka terus melirik ke sana kemari, jelas terlihat seperti sedang mencari-cari alasan. Namun, Haruto, yang kebingungan, segera menangkap "Ryouta" sebagai jalan keluar dari situasi tersebut.


"Ah, iya! Benar. Keliatannya Ryouta-kun emang suka kebun binatang," ujar Haruto.

"Iya, benar... makanya..." balas Ayaka, tetapi kata-katanya terhenti di tengah jalan, dan ia terdiam.


Setelah merasakan suasana yang sedikit canggung, Haruto membuka mulut.


"Jadi... gimana kalo lain kali kita pergi? Ke kebun binatang. Bareng Ryouta-kun, bertiga."

"Iya! Bareng Ryouta... kita bertiga," jawab Ayaka dengan ekspresi yang rumit, sedikit malu, bahagia, namun juga seolah ada rasa kecewa tipis. Haruto, yang tak sanggup menatap langsung wajah Ayaka, mengalihkan pandangannya.

"Eh, ya, benar juga. Kita harus beli gas burner," Haruto mencoba mengalihkan pembicaraan.

"I-iya. Gas burner... harus kita beli itu," sahut Ayaka, mengangguk berulang kali.


Setelah itu, mereka berdua pergi membeli gas burner dan berjalan keluar dari toko perkakas dalam diam. Beberapa kali pandangan mereka bertemu, namun setiap kali hal itu terjadi, wajah mereka memerah dan buru-buru berpaling.

Saat mereka keluar dari area toko perkakas dan bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing, mereka bertemu mata sekali lagi, lalu segera mengalihkan pandangan.


"Uhm, aku pulang dulu. Nanti aku mampir ke rumahmu lagi," ujar Haruto.

"Iya, baik," jawab Ayaka.

"Oh, terus... soal yang kebun binatang tadi..."

"Iya! Kebun binatang!" Ayaka bereaksi dengan sangat antusias begitu mendengar Haruto menyebut kata "kebun binatang."

"Kita bisa bicarain jadwalnya lain waktu?" tanya Haruto dengan hati-hati.

"Iya, boleh... kita tentuin nanti," jawab Ayaka sambil mengangguk.

"Kalau gitu, sampai jumpa nanti."

"Iya, sampai nanti," balas Ayaka.


Setelah bertukar salam, mereka berdua berjalan menuju rumah masing-masing. Haruto, setelah berjalan beberapa saat, ragu-ragu sejenak sebelum menoleh ke belakang. Tepat pada saat yang sama, Ayaka juga menoleh, dan pandangan mereka bertemu.


"—Ah!" Haruto terkejut, tetapi segera memberi anggukan kecil. Ayaka, sambil tersenyum malu, melambaikan tangan pelan.

Haruto merasakan wajahnya memerah dan buru-buru memalingkan wajah.


"Astaga, tadi itu kelewat imut." gumamnya sambil menahan senyuman lebar.

"Eh, apa aku barusan bikin janji kencan sama Toujou-san?" Haruto bergumam sendiri, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menepis pikiran itu.

"Salah, salah! Ini bukan cuma aku sama Toujou-san berdua aja, Ryouta-kun juga ikut. Tujuan utamanya buat bawa Ryouta-kun ke kebun binatang, jadi aku sama Toujou-san cuma nemenin. Jadi, ini bukan kencan!" Haruto menghela napas lega, merasa hampir salah paham.


Namun, sejurus kemudian, dia mengingat kembali percakapannya dengan Ayaka. Wajah Ayaka yang bersinar saat melihat anak anjing, antusiasmenya saat berbicara tentang kebun binatang, dan tatapan mereka yang bertemu, disertai senyum malu-malu Ayaka. Semua itu tampak sangat menawan bagi Haruto.


"Serius, dia manis banget..." gumamnya.


Sebelum pertemuan mereka melalui pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, Haruto menganggap Toujou Ayaka sebagai gadis yang selalu dikelilingi oleh teman-teman perempuannya, dan sama sekali tidak menunjukkan minat pada anak laki-laki.

Namun sekarang, gadis yang dulu tampak tak terjangkau itu tersenyum dan merasa malu di hadapannya. Bahkan, mereka telah sepakat untuk pergi ke kebun binatang bersama, meskipun dengan alasan menemani adiknya, Ryouta.


"Apa aku bakalan baik-baik aja di kerjaan ini ke depannya?"


Bagi Haruto, Toujou Ayaka dulunya hanyalah 'idola sekolah'. Tapi setelah berinteraksi lebih dekat dengannya, dia menyadari bahwa Ayaka adalah gadis biasa yang ternyata sangat menggemaskan.


"Aku pasti bakal mulai memikirkannya terus, ya..." pikirnya.


Meskipun ia hanya bekerja di rumah keluarga Tojou sebagai tugasnya, Haruto tahu bahwa dia tidak boleh membiarkan perasaan pribadi mencampuri pekerjaannya.

Dengan perbedaan yang jelas antara Ayaka sebagai 'idola sekolah' dan Ayaka 'biasanya' yang lebih santai saat di rumah, Haruto merasa hatinya mulai goyah. Namun, dia berusaha sekuat mungkin untuk tidak terlalu memikirkan hal itu.


"Oke! Buat sekarang, aku fokus aja dulu ke tugas hari ini, mengolah ikan!" Haruto mengepalkan tangannya, bertekad untuk hanya memikirkan bagaimana mempersiapkan ikan yang ditangkap oleh ayah Ayaka, Shuuichi, sambil berjalan pulang.



DAME DESU YOOO~
SORE WA HARAM DESU!!!

Terima Kasih Telah Singgah!

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak berupa komentar
Pertimbangkan pula untuk mendukung
Gabung ke Channel WhatsApp untuk informasi dan pembaruan
Bab Sebelumnya
Daftar Isi
Bab Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar