Kaji Daikou - 13

Atur ukuran font:
When I Started Working as a Part-Time Housekeeper, I Ended Up Being Liked by the Family of the Most Beautiful Girl in the School
Saat Aku Memulai Pekerjaan Layanan Rumah Tangga Paruh Waktu, Aku Berakhir Disukai oleh Keluarga Gadis Tercantik di Sekolah



Bab 13 - Reinkarnasi Ke Isekai Pastinya Satu Paket Dengan Dewi


Haruto, yang telah berkeringat di dojo hingga waktu mendekati siang, sedang bersiap untuk pulang. Setelah berganti pakaian dari seragam latihan ke pakaian biasa, dia dipanggil oleh Kazuki.

"Haruto, aku ada sesuatu yang pengen kuminta," ujar Kazuki sambil memegang kotak tebal berwarna putih, seperti kotak kue.

"Hmm? Ada apa?" tanya Haruto.

"Yah, ini nih. Oh, Shizuku! Kamu juga ke sini," kata Kazuki sambil memanggil Shizuku yang kebetulan lewat.

"Ada apa, Kazuki-senpai? Mau nembak? Maaf ya, tapi aku cuma setia sama Haru-senpai," balas Shizuku dengan wajah datar.

Haruto hanya bisa tersenyum kecut melihat candaan juniornya itu.

"Kalau kamu bilangnya pake malu-malu dikit, mungkin aku bakalan tersentuh dikit. Tapi kalau kamu bilangnya pake wajah datar gitu, ngga ada efek sama sekali," jawab Haruto dengan nada bercanda dan sedikit menghela napas.

Shizuku kemudian memiringkan sedikit pinggangnya dan menatap Haruto dengan pose manis yang dipaksakan.

"Gimana? Senpai terpesona? Udah klepek-klepek sama aku?" tanya Shizuku.

"…Shizuku, sebelum kamu berpose kayak gitu, mending kamu latih dulu otot wajahmu deh," balas Haruto dengan santai.

"Haru-senpai bener-bener suka mewarnai gadis pake sendiri. Ini bener-bener meresahkan," Shizuku menimpali dengan nada bercanda.

"Heh, kalian berdua, berhenti becanda dong, dengerin permintaanku ini." sela Kazuki yang mulai tampak lelah dengan percakapan mereka.

Haruto kemudian menanggapi dengan wajah serius, "Kalau itu permintaannya Kazuki-senpai, apa pun bakalan aku lakuin. Jadi, kali ini kita mau hancurin geng mana?"

"Apa pun perintahnya, silakan, Ketua." timpal Shizuku, mengikuti candaan Haruto.

Shizuku, meskipun sering disalahpahami karena wajahnya yang selalu datar, sebenarnya memiliki selera humor yang baik dan sering kali mengikuti candaan Haruto.

"Kalian berdua ya… serius dikit kenapa," geram Kazuki sambil berusaha terlihat serius. Ekspresi wajahnya yang keras bisa membuat anak-anak atau bahkan orang dewasa menangis ketakutan.

Namun, Haruto dan Shizuku, yang sudah mengenal Kazuki sejak lama, hanya menanggapinya dengan tenang. Shizuku bahkan kembali mengejek Kazuki dengan bercanda.

"Heh, Kazuki-senpai, Raja Muka Seram nomor satu di Jepang!"

"Siapa yang kamu sebut muka seram, hah! Haah… Pokoknya, aku ingin kalian coba ini," ujar Kazuki, kemudian mengeluarkan tart buah mini dari dalam kotak yang dibawanya.

"Eh? Kami boleh makan?" tanya Haruto.

"Kazuki-senpai, aku bukan gadis murahan lho ya yang bisa diiming-imingi sama makanan gini," jawab Shizuku.

"Ya, makan aja. Eh, kamu sudah main makan aja, Shizuku? Kau gadis murahan ternyata ya!" ejek Kazuki sambil melihat Shizuku yang sudah asyik melahap tart buahnya dengan mata berbinar-binar.

Melihat itu, Haruto pun ikut mengambil satu tart dan mencicipinya.

"―Eh!? Ini enak banget! Dari toko mana belinya!?" 

Haruto terbelalak kagum dengan kelezatan tart tersebut.

Krim custard yang manis dan lembut meleleh di mulutnya, disusul dengan aroma kaya telur yang langsung memenuhi hidungnya. Rasa asam segar dari buah-buahan kemudian menyapu rasa manis dari krim, menciptakan sensasi segar di akhir. Tekstur renyah dari kulit tart juga memberikan sentuhan sempurna. Haruto tanpa sadar sudah menghabiskan satu tart. Ketika menoleh, Shizuku sudah hampir menghabiskan tart kedua.

"Ternyata ada toko yang jual tart buah enak banget gini di sekitar sini ya?"

"Ah, sebenernya ini... aku yang buat." jawab Kazuki.

"Eh?"

"Guh!!" 

Pernyataan mengejutkan Kazuki membuat Haruto melongo, sementara Shizuku tersedak saat mencoba menelan tart buah ketiganya.

"Seriusan!? Kazuki-senpai yang buat ini!?"

"Kazuki-senpai, yang mukanya kayak bisa ngubah gula jadi garam, buat... buat ini?"

"Mukaku nggak seburuk itu oke! Aku juga nggak punya kemampuan aneh gitu!" Kazuki berteriak marah pada junior-juniornya yang kurang sopan.

"Tapi Kazuki-senpai, ini enak banget. Kualitasnya selevel sama yang dijual di toko."

"A-apa iya?" 

Pujian Haruto membuat kedongkolan Kazuki langsung mereda.

"Ini beneran bisa dijual, Kazuki-senpai. Kita buka toko pake nama 'Gap of Lightning 893'!" tambah Shizuku sambil bercanda.

"Nah, Shizuku. Ayo latih tanding sekarang!"

"Ah, aku mesti beres-beres rumah!" 

Shizuku buru-buru melarikan diri ke rumahnya yang bersebelahan dengan dojo.

"Dasar anak itu, sebenernya manis kalau mulutnya bisa rapet. Sayang banget."

"Yah, itu emang sifatnya Shizuku. Kalau dia jadi pendiam dan berhenti bercanda, malah jadi lebih nyeremin."

"Iya juga, ya." Kazuki mengangguk setuju.

"Ngomong-ngomong, tart buatan Kazuki-senpai tadi enak banget. Sejak kapan belajar bikin kue?" tanya Haruto penasaran. 

Dia tahu Kazuki memang punya hobi membuat kue, tapi tart yang mereka makan tadi jelas berada di level yang lebih tinggi dari biasanya.

"Ah, sekarang kan bisa cari resep di internet. Video tutorial juga udah banyak. Jadi aku belajar serius dari sana."

"Wah, keren banget! Kapan-kapan ajarin aku juga, ya. Aku belum pernah nyoba bikin kue-kue ala Barat,"

"Oke, kita bikin kue bareng kapan-kapan."

"Siip. Oh, aku mesti pulang sekarang. Masih ada belanjaan yang mesti aku beli sebelum pergi kerja," kata Haruto sambil melirik jam yang tergantung di dinding dojo.

Dia masih harus mampir ke supermarket untuk membeli natto, seperti yang diminta neneknya pagi tadi, sebelum pergi bekerja di rumah keluarga Toujou sore harinya.

"Ah iya, kamu mulai kerja paruh waktu selama liburan musim panas ini, kan?"

"Iya. Sampai ketemu lagi, Kazuki-senpai."

"Yang semangat, ya!" 

Setelah berpamitan dengan Kazuki, Haruto meninggalkan dojo.

Di jalan menuju supermarket, Haruto terus teringat dengan tart buah buatan Kazuki yang baru saja dia makan.

"Kalau aku buatin tart, pasti Ryouta-kun bakalan senang," gumam Haruto sambil tersenyum membayangkan wajah Ryota yang ceria.

"Aku sih percaya diri buat masak chawanmushi atau ohagi, tapi kalau soal kue ala Barat, aku masih kurang yakin."

Haruto memang tahu cara membuat kue, tapi ia juga paham kalau membuat kue yang enak itu tidak semudah kelihatannya. 

"Padahal rasanya manis banget kalau dimakan," gumamnya dengan lelucon kecil sambil berjalan menuju supermarket.

Siang terik di pertengahan musim panas membuatnya berkeringat sepanjang jalan menuju supermarket. Begitu akhirnya dia sampai, dia segera masuk ke salam supermarket. Merasakan udara dingin menyegarkan di dalam, Haruto merasa lega.

"Hm? Lumayan ramai juga, ya."

Haruto awalnya berpikir kalau di sekitar jam makan siang lewat, supermarket akan sepi. Tapi mungkin karena libur musim panas, jadi lebih ramai dari biasanya.

Saat ia berjalan mencari natto, matanya tertuju pada iklan yang terpajang.

"Oh? Ada Obral Terbatas toh. Pantesan ramai."

Sepertinya supermarket itu mencoba meningkatkan jumlah pengunjung dengan mengadakan obral waktu terbatas di jam-jam sepi.

"Yah, lihat-lihat dulu deh, ada barang menarik apa nggak."

Haruto mendekat untuk memeriksa iklan tersebut. Rupanya, daging sapi adalah produk andalan dalam obral waktu terbatas kali ini.

"Daging sapi fillet 100g cuma 128 yen... Hmm. Murah sih, tapi nggak sampai bikin aku pengen buru-buru beli."

Haruto tidak terlalu tertarik dengan barang-barang yang ditawarkan, mungkin karena cuaca panas yang mengurangi nafsu makannya, sehingga daging tidak terlalu menggoda baginya saat itu.

"Ada yang lain nggak ya... Oh, bumbu dapur juga lagi diskon. Harusnya tadi aku cek persediaan bumbu di rumah dulu... Eh, tunggu, apa!?"

Tiba-tiba, Haruto membelalakkan matanya dan menatap salah satu iklan dengan penuh perhatian.

"Minyak wijen, 78 yen...!?"

Murah. Sangat murah.

Minyak wijen, dalam pandangan Haruto, adalah barang mewah. Biasanya, bahkan untuk produk merek supermarket yang lebih murah, harganya masih sekitar 200 hingga 300 yen. Jika membeli merek terkenal dengan harga 500 yen uangnya bisa hilang sekejap.

Namun, minyak wijen ini punya banyak kegunaan. Aroma gurih dari wijen dapat membangkitkan selera makan, bahkan di musim panas yang terik. Cukup dituangkan sedikit pada tumisan sayur atau nasi goreng, rasanya langsung meningkat berkali lipat. Di malam hari yang panas dan lembap, tahu dingin dengan kimchi dan sedikit minyak wijen di atasnya juga merupakan hidangan yang sempurna.

"Ini harus dibeli!!" seru Haruto, dan dia segera berlari menuju rak yang menjual minyak wijen.

Dengan napas terengah-engah, Haruto akhirnya tiba di depan rak yang menampilkan harga minyak wijen. Matanya terpaku pada angka besar yang tertera di kertas kuning—78 yen.

"Aku nggak percaya... Gimana bisa kejadian ini nyata." ucap Haruto tak percaya melihat harga yang sangat murah.

"Minyak wijen murah benget gini... ah! Ini mesti isekai! Jadi ini ya 'reinkarnasi ke isekai' yang sering diomong sama orang-orang!" sambil menggumamkan  hal-hal bodoh, Haruto meraih minyak wijen di rak. Namun, tiba-tiba dia terhenti, pandangan matanya tertangkap oleh sesuatu oleh sesuatu.

Matanya menatap satu kalimat kecil yang tertulis di bawah harga iklan itu.

"Hanya satu barang per orang... sialan, kenapa!" Haruto menggerutu seperti seorang pahlawan yang menghadapi raja iblis, memelototi kalimat tersebut dengan penuh kebencian.

Kalimat "Hanya satu barang per orang" adalah musuh bebuyutan para ibu rumah tangga. Mereka seringkali harus memanggil teman atau kerabat untuk menghadapi batasan ini.

Dengan cepat, Haruto mengeluarkan ponselnya dari saku dan dengan kecepatan luar biasa, mulai mengetuk layar untuk memanggil bantuan.

Sementara dia menempelkan ponsel ke telinganya, nada sambung yang santai terdengar, sangat kontras dengan kegelisahan yang Haruto rasakan.

Kemungkinan besar, para ibu rumah tangga lain saat ini sibuk berburu daging sapi yang sedang diskon. Haruto harus segera mengamankan minyak wijen ini sebelum mereka menyadarinya.

Setelah beberapa detik, panggilannya tersambung, dan suara temannya yang santai terdengar di telinganya.

"Yo, kenapa?"

"Kau lagi senggang gak? Bisa ke supermarket sekarang!?"

"Woy, kenapa nadanya gitu segala? Ini pasti soal 'itu' lagi, kan?"

"Ya! Kali ini aku nggak mau sampai kelewatan!"

Haruto sudah beberapa kali memanggil Tomoya untuk mengatasi musuh kuat bernama "Hanya satu barang per orang." Mereka adalah sahabat sekaligus rekan seperjuangan.

Namun, kali ini, jawabannya tidak sesuai harapan.

"Ah, maaf banget. Tapi aku lagi di studio latihan bareng teman-teman band nih..."

"…Gitu ya. Enggak, enggak apa-apa. Maaf ganggu, semangat latihannya, ya."

"Eh, maaf banget, ya, beneran."

Mendengar suara Haruto yang terdengar sangat kecewa, Tomoya meminta maaf dengan tulus.

"Nggak apa-apa, bukan salahmu kok. Oke, sampai nanti."

Haruto menekan layar ponselnya untuk mengakhiri panggilan, lalu menarik napas panjang.

"Haa... ya udahlah, paling nggak aku masih bisa beli satu. Aku mesti puas sama ini."

Dia mengambil sebotol minyak wijen dari rak, lalu meletakkannya ke keranjang belanja dengan lesu.

"Haah, habis ini tinggal beli natto terus pulang."

Haruto berjalan dengan langkah berat, tapi tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya.

"Ootsuki-kun?"

Mendengar suara itu, Haruto pun berbalik, lalu sebuah ingatan terlintas dalam benaknya.

Dalam cerita "isekai", ada satu hal yang hampir selalu muncul.

Dan itu adalah "seorang dewi".

Seorang dewi yang memberikan kekuatan besar kepada sang pahlawan, dan kadang menyelamatkannya dari situasi yang berbahaya.

Dan sekarang, di hadapan Haruto, sang dewi itu telah muncul.

Tepat ketika Haruto hampir menyerah dalam pertempurannya melawan raja iblis bernama "Hanya satu barang per orang", dewi ini datang untuk memberinya kekuatan agar bisa bangkit lagi.

"Ah! Toujou-san!! Kamu adalah dewiku!" seru Haruto penuh semangat.

"Eh!? Fhweh!?" 

Toujou Ayaka, yang kaget dengan sikap aneh dan ucapan Haruto, mengeluarkan suara bingung tanpa sadar.



DAME DESU YOOO~
SORE WA HARAM DESU!!!

Terima Kasih Telah Singgah!

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak berupa komentar
Pertimbangkan pula untuk mendukung
Gabung ke Channel WhatsApp untuk informasi dan pembaruan
Bab Sebelumnya
Daftar Isi
Bab Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar